Selasa, 14 April 2020

MEDIA WAYANG SEJARAH INOVASI MEDIA PEMBELAJARAN







KARYA INOVASI media pembelajaran
MEDIA WAYANG SEJARAH
Link video penerapan media:




A. Pendahuluan
Pembentukan karakter bangsa terutama pada pembentukan semangat nasionalisme adalah hal yang mendesak yang harus dilakukan pada generasi muda saat ini. Lunturnya semangat nasionalisme semakin terlihat ketika para siswa zaman sekarang kurang mengahargai semangat kepahlawanan seperti, rela berkorban, tanpa pamrih, bekerja keras, kedisiplinan, sopan santun terhadap orang tua dan guru. Salah satu faktor penyebabnya adalah guru kurang berinovasi dalam memberikan pembelajaran sejarah.
Sebagai ujung tombak penanaman nasionalisme, Guru sejarah mengambil peran yang sangat penting terhadap nilai-nilia karakter generasi bangsa ini. Mengingat pentingnya setiap peristiwa sejarah, maka diharapkan Guru mampu memasukkan nilai-nilai nasionalisme secara secara menarik dan menyenangkan.
Saya sebagai widyaiswara di lembaga Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial (PPPPTK PKn dan IPS) merasa terpanggil untuk mengembangkan media pembelajaran guna membantu guru dalam berinovasi pembelajaran. Dalam upaya tersebut saya tidak henti-hentinya terus berkreasi dan berusaha menyalurkan ide-ide kreatif kepada rekan-rekan guru di seluruh Indonesia, bagaimana penggunaan dan cara pembuatan media pembelajaran yang inovatif tersebut. Media yang saya ciptakan ini bernama “Media Wayang Sejarah”.
Saya mendesain bagaimana pembelajaran sejarah mampu menumbuhkan semangat nasionalisme, mampu bekerjasama dan berkomunikasi aktif dan kreatif dalam menceritakan kembali peristiwa sejarah dengan penuh penghayatan. Dengan memanfaatkan sentuhan seni wayang sejarah, dan alur kronologis peristiwa sejarah, maka pembelajaran sejarah akan lebih menarik dan menyenangkan "Joyfull learning".
Media Pembelajaran Wayang Sejarah ini merupakan hal yang baru yang saya ciptakan sejak tahun 2008. Dalam perkembanganhya media ini cukup membantu dalam pembelajaran sejarah sehingga banyak dari guru guru di Indonesia meniru hal yang sama seperti apa yang saya lakukan. Sebenarnya suatu kebanggan tersendiri bagi saya karena karya saya telah dapat menginspirasi mereka dalam pembuatan media pembelajaran. Namun demikian saya sebagai pencipta yang pertama merasa penting akan pengakuan atas hak cipta/intelektual yang pernah saya ciptakan untuk pertama kalinya tersebut.

B. TUJUAN
Tujuan diciptakan media wayang sejarah adalah untuk:
1.      Membantu siswa dalam memahami kronologis sebuah peristiwa sejarah
2.      Membangkitkan minat belajar siswa pada pembelajaran sejarah
3.      Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan
4.      Menumbuhkan semangat nasionalisme, kreatifitas dan komunikasi.
Media ini di desain sedemikian rupa sehingga pembelajaran sejarah mampu menumbuhkan semangat nasionalisme, mampu bekerjasama, berkomunikasi aktif dan kreatif dalam menceritakan kembali peristiwa sejarah. Dengan memanfaatkan sentuhan seni dan kearifan lokal yaitu wayang sejarah, maka alur kronologis peristiwa sejarah akan tergambarkan secara menarik dan menyenangkan "Joyfull learning".

C. Manfaat
Banyak manfaat dari media yang telah saya ciptakan yaitu:
1.  Bagi Siswa
Dapat membantu siswa dalam memahami dan menghayati kronologis peristiwa-peristiwa sejarah masa lalu sehingga pelajaran sejarah dapat menarik dan menyenangkan bagi siswa.
2.  Bagi Guru
Dapat memberikan solusi pada guru sejarah dalam upaya mengatasi masalah siswa yaitu menurunnya minat dan hasil belajar sejarah.
3.  Bagi Sekolah
Dapat memberikan banyak pilihan tentang pembelajaran sejarah yang selama ini sangat terbatas ketersediaannya di sekolah-sekolah.
4.  Bagi MGMP
Dapat memberikan inspirasi bagi teman-teman MGMP, ternyata media pembelajaran sejarah mampu dibuat secara kreatif dan menarik oleh guru sendiri.
5.  Bagi Dinas Pendidikan
Dapat memberikan masukan pada Dinas Pendidikan setempat sebagai salah satu contoh bentuk media pembelajaran kreatif, sehingga memberikan motivasi pada guru guru untuk terus berkreasi dan berinovasi.

D. ALAT DAN BAHAN
Dalam pembuatan Media Wayang Sejarah ini ada beberapa alat dan bahan yang perlu di siapakan. Namun alat dan bahan ini tidak harga mati. Ada beberapa bahan yang dapat digantikan oleh bahan lain yang sejenis tanpa mengurangi kualitas hasilnya. Adapun alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam pembuatan media ini antara lain:
1)         Alat
Ø Gunting / Cutter               
Ø Penggaris, Pensil/Bolpoint, Penghapus
Ø Tatah, Palu/Ganden
Ø Lakban
Ø Lilin / Lampu
Ø Puas
Ø Jarum, Benang
2)         Bahan
Ø Cotton Bat
Ø Lem, Gabus
Ø Gambar-gambar Pahlawan
Ø Cat, Tinner, Airbrush, cleaner.
Ø Bambu/Garan

E. Prosedur Pembuatan
Media Wayang Sejarah ini telah di buat sejak tahun 2008. Ketika itu ada even Lomba Guru Kreatif (LKG) se-Jawa. Bersamaan dengan lomba tersebut saya telah memciptakan Media Wayang Sejarah ini. Prosedur pembuatan media ini di rancang dengan sentuhan imajinasi dan karya seni yang tinggi. Hasil rancangan pembuatan dapat di rangkum pada prosedur pembuatan media berikut ini :
1.  Pembuatan Kronologis Peristiwa Sejarah.
Pembuatan Media Wayang Sejarah diawali dengan guru menentukan materi pokok yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya guru membuat narasi atau dialog pada kronologis peristiwa sejarah yang terjadi. Agar terjadi kolaborasi dengan siswa, ada beberapa dialog yang ditugaskan pada siswa untuk mengucapkannnya. Misalnya yel-yel Bung Tomo, Ultimatum Jendral Mansregh dalam bahasa Inggris dan seterusnya. Dialog dan narasi ini di buat sesederhana mungkin agar siswa benar-benar memahami peristiwa sejarah perjuangan bangsa dengan mudah.
Dari narasi dan dialog wayang tersebut maka dapat dibuat tokoh-tokoh wayang siapa saja yang harus diciptakan. Misalnya pada peristiwa proklamasi, maka tokoh wayang yang perlu dibuat adalah Sukarno, Hatta, Ahmad Subardjo, Rajiman Widyodiningrat, Muwardi, Sukarni, Syahrir, Sayuti Melik, Suhut, Latif Hendraningrat, Subeno, BM Dyah dan seterusnya. Untuk peristiwa 10 November di Surabaya (Hari Pahlawan) maka tokoh yang perlu dibuat adalah Bung Tomo, Sukarno, Malaby, Mansregh, Arek-arek Surabaya dan seterusnya. Untuk peristiwa penyebaran Agama Islam di Jawa, maka tentu tokohnya adalah sembilan Wali Sanga tersebut. Sedangkan untuk peristiwa G 30 S adalah pahlawan Revolusi dan seterusnya.
Agar pagelaran wayang tampak hidup, maka perlu di buat properti yang melengkapi wayang tersebut. Misalnya untuk peristiwa proklamasi dibutuhkan background/pakeliran rumah Sukarno, bendera merah putih, sebuah tiang bendera lengkap dengan tali untuk pengibaran bendera saat proklamasi dan kotak wayang sebagai tanahnya. Tentunya semua dibuat dengan ukuran mini. Sedangkan pada peristiwa 10 November diperlukan properti berupa background/pakeliran jembatan merah, pesawat terbang Musquito, Tank Meriam, Kapal Selam Sussex, sejumlah tentara Sekutu bersenjata lengkap, sejumlah arek-arek Surabaya bersenja sederhana dan kotak wayang sebagai tanahnya. Sedangkan untuk mengiringi pagelaran wayang tersebut di perlukan alunan musik-musik perjuangan.
Kerangka tubuh Wayang Sejarah dibuat dari kertas duplex/karton dengan ukuran 40x15 cm. Kerangka terdiri atas badan, kaki, dan tangan wayang sejarah. Pembuatan dengan kreativitas sendiri seperti pembuatan wayang kulit pada umumnya. Untuk memudahkan pembuatan wayang berikutnya, maka perlu di buat mal/pola kerangka tubuh wayang. Pola yang telah terbentuk dapat dipakai untuk membuat wayang berikutnya dengan sedikit perubahan sesuai keinginan. Berikut ini mal/pola kerangka tubuh wayang yang telah dibuat:

Teknik pengguntingan dapat dilakukan dengan cutter dan gunting. Sedang khusus untuk pembuatan lobang lengan dengan alat tatah wayang dan palu/ganden. Untuk menyambungkan antar lengan wayang digunakan cotton-bat yang dibakar seperti nampak pada gambar berikut ini.
Agar wayang dapat berdiri di atas meja, wayang perlu diberi penyangga atau garan yang terbuat dari bambu kecil. Pada awalnya Wayang di tancapkan di atas meja dengan media pelepah pohon pisang. Tapi karena sifatnya yang tidak awet, maka diganti dengan kotak stereform sebagai tempat berdirinya wayang. Kotak tersebut sekaligus berfungsi untuk menyimpan wayang (kotak wayang) seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

Semua kerangka wayang di warna dengan cat sesuai dengan warna baju dan celana tokoh aslinya. Teknik pengecatan dapat dengan cara di cat langsung dengan kuas ataupun bisa dengan alat semprot atau airbrush. Agar hasil pewarnaan kelihatan mengkilat dan awet maka sebagai finishing di semprot dengan cleaner.
Pembuatan wajah Wayang Sejarah dapat di lakukan dengan berbagai macam cara. Pertama dengan cara menggambar langsung wajah wayang sesuai dengan tokoh sejarah. Ada beberapa tokoh yang harus di gambar langsung sesuai imajinasi. Seperti arek-arek surabaya, pasukan sekutu tank, pesawat dan seterusnya. Teknik kedua dapat dilakukan dengan mengambil foto/gambar tokoh sejarah yang sudah ada di buku-buku, poster-poster maupun di internet. Hasil pengambilan lalu kita sesuakan besar kecilnya dan ditempelkan di kepala wayang tersebut. Teknik untuk merubah besar kecilnya wajah dapat digunakan dengan foto copy, scanner lalu di edit dengan program Photoshop CS5.  Langkah kedua ini untuk mendekatkan wajah para tokoh wayang dengan wajah aslinya, namun selama masih mampu menggambar langsung akan lebih baik. Berikut ini gambar teknik pembuatan wajah wayang.
Sebagai akhir dari pembuatan wayang adalah properti/pernak-pernik yang melatar belakangi kejadian sejarah pada saat itu. Misalnya di belakang wayang sejarah diberi gambar situasi pertempuran sebagai “kelir” atau backgroundnya, bentuk miniatur meja, jembatan merah, bendera, tiang bendera lengkap dengan tali untuk mengibarkan bendera dan seterusnya.
Jika pembuatan wajah, badan, tangan, kaki, serta properti wayang telah selesai, maka wayang sejarah siap dipentaskan. Proses pembuatan wayang memang cukup panjang, dan memerlukan kreatifitas seni yang tinggi bagi si pembuat, namun hasilnya sangat sebanding dengan apa yang diperoleh, karena menghasilkan media yang cukup unik dan menyenangkan bagi siswa. Bahkan jika guru menerapkan media ini, merupakan pengalaman menarik bagi siswa yang tidak pernah terlupakan selama hidupnya. Berikut ini contoh bentuk properti media wayang sejarah.

F. Bentuk Media
Bentuk media pembelajaran wayang sejarah ini merupakan gunakan antara media audio visual, kreatifitas seni wayang, kearifan lokal dan pembelajaran sejarah itu sendiri. Karena wayang yang digunakan adalah para tokoh sejarah perjuangan bangsa maka media ini diberi nama media Media Wayang Sejarah ". Media Wayang Sejarah adalah alat bantu pembelajaran berupa wayang tokoh tokoh sejarah yang digunakan untuk menjelaskan kronologis peristiwa sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Wayang tersebut didesain khusus untuk pembelajaran, dimana guru sebagai pendalang dan siswa merangkum isi dari peristiwa sejarah tersebut. Selanjutnya siswa mempresentasikan hasil rangkumannya dengan menceritakan kembali peristiwa sejarah menggunakan Media Wayang Sejarah.
Bentuk Media Wayang Sejarah yang telah saya ciptakan ada beberapa seri. Diantaranya adalah seri peristiwa Proklamasi, seri Peristiwa 10 November di Surabaya (Hari Pahlawan), Seri kisah Wali Sanga. Adapun seri-seri yang lain masih dalam proses pengembangan secara terus menerus. Adapun masing-masing seri memiliki beberapa tokoh yang berperan pada masa itu. Misalnya pada peristiwa Proklamasi ada wayang tokoh Sukarno, Hatta, sedangkan pada seri peristiwa 10 November ada tokoh Bung Tomo dan seterusnya. Seluruh wayang tokoh sejarah yang telah saya buat berjumlah 147 wayang dengan masing-masing karakter tokoh yang berbeda-beda.
Media Wayang Sejarah ini, merupakan asli hasil karya kreasi saya sendiri yang masih terus saya kembangkan dan saya perjuangkan di berbagai kesempatan untuk mencari hak patennya. Dengan harapan agar karya ini menjadi budaya pendidikan sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada umumnya dan dikalangan siswa pada khususnya sehingga tidak lagi diambil hak ciptanya oleh bangsa lain. Adapun bentuk Media Wayang Sejarah ini adalah sebagi berikut.

G. Penerapan Media di Sekolah
Penerapan Media wayang Sejarah dapat di lakukan pada mata pelajaran sejarah di SMA/MAN/SMK maupun materi yang mengandung unsur sejarah perjuangan bangsa di jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Media ini dapat di terapkan pada pembelajaran baik yang menggunakan kurikulum 2006 maupun kurikulum 2013. Tinggal di sesuaikan saja.
Media pembelajaran ini dapat di gunakan pada kompetensi dasar tertentu yang telah tercantum pada kurikulum yang di gunakan. Tinggal di sesuaikan saja. Misalnya untuk Media Wayang Sejarah seri Peristiwa 10 November di Surabaya  dapat digunakan jenjang SMP mata pelajaran IPS Kurikulum 2006. Media ini dapat digunakan pada materi kelas IX semester ganjil, pada Kompetensi Dasar 2.1. Mengidentifikasi Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Indikatornya adalah 2.1.1.Menjelaskan Perjuangan Bersenjata pada Peristiwa Pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Sedangkan pada kurikulum 2013, media ini dapat digunakan pada materi kelas IX semester genap, pada Kompetensi Dasar 3.4 Menganalisis kronologi, perubahan dan kesinambungan ruang (geografis, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya) dari awal kemerdekaan sampai awal reformasi dan 4.4. Menyajikan hasil analisis kronologi, perubahan dan kesinambungan ruang (geografis, politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya) dari awal kemerdekaan sampai awal reformasi. Indikatornya adalah 3.4.1. Menjelaskan dengan singkat perkembangan politik pada awal masa awal kemerdekaan. Sub materinya adalah Menjelaskan perjuangan bersenjata melawan sekutu pada peristiwa pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Sedangkan pada KD 4.4.1 lebih pada praktek siswa menyajikan kembali bagaiama kronologis peristiwa 10 November di Surabaya.
Adapun penerapan Media Wayang Sejarah secara umum dapat di jelaskan dengan langkah langkah sebagai berikut.
1.  Persiapan Pembelajaran.
Persiapan meliputi kegiatan menyiapkan persiapan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai, mulai dari penyediaan tokoh-tokoh wayang perjuangan, setting tempat/pakeliran, tape recorder sebagai iringan musik, warless atau mic serta properti lain yang mendukung kelancaran pertunjukkan wayang. Persiapan ini sangat diperlukan karena jika tidak ada persiapan yang matang, bisa jadi waktu pembelajaran akan habis tersita hanya untuk persiapannya.
2.  Penjelasan Skenario Pembelajaran.
Untuk menerapkan media ini, maka siswa perlu mendapatkan penjelasan secara jelas tentang skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar proses pembelajaran sejarah dapat berjalan dengan lancar. Penjelasan skenario pembelajaran dilakukan guru pada saat kegiatan pendahuluan pembelajaran. Guru menjelaskan penggunaan Wayang Perjuangan mulai dari perkenalan tiap-tiap wayang tokoh perjuangan, keterlibatan siswa dalam pagelaran wayang, langkah-langkah kegiatan siswa dalam lembar kerja, pembuatan resume atau rangkuman, sampai dengan bagaimanakah aturan main siswa ketika presentasi di depan kelas dengan menggunakan Media Wayang Sejarah.
3.  Pementasan Wayang Sejarah.
Tahap pementasan atau pagelaran adalah seorang guru menampilakan tokoh-tokoh sejarah yang telah dibuat, dengan dialog-dilaog menarik sebagai pendalang. Ketika wayang ini dipentaskan juga diringi musik musik perjuangan. Dengan demikian diharapkan siswa mampu memahami kronologis peristiwa sejarah, tanpa harus menghafal bacaan secara verbal dan membosankan. Dalam pementasan wayang sejarah ini, guru juga melibatkan siswa dalam menjelaskan peristiwa sejarah. Misalnya, pada peristiwa 10 November di Surabaya, kobaran semangat dari Bung Tomo ditirukan oleh seluruh siswa dengan yel-yel “Allohu Akbar, merdeka merdeka”. Bahkan pada saat mendalang, guru dapat berkolaborasi dengan siswa dengan cara menugaskan siswa untuk ikut mendalang dengan beberapa narasi yang telah dihafalkan oleh siswa ( contoh ultimatum Jenderal Mansregh dalam bahasa Inggris). Pengibaran sang Merah Putih oleh Suhud dan Lalif Hendraningrat, juga dapat praktekkan langsung oleh dua orang siswa. Sementara seluruh kelas mengiringinya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama.
Ketika guru  mendalang, siswa membuat catatan kecil dari peristiwa sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Siswa dibagikan lembar kerja dan dijelaskan tugas masing-masing kelompok. Di dalam lembar kerja siswa ada beberapa tugas yang antara lain adalah menyusun narasi/dialog kronologis peristiwa dengan menggunakan bahasanya sendiri. Hal ini di maksudkan agar kronologis peristiwa dapat benar benar di mengerti siswa sesuai dengan bahasanya sendiri. Dengan mengacu pada berbagai referensi, siswa mulai berdiskusi dan membuat narasi/dialog tersebut. Sedangkan guru membimbing agar dapat memberikan kesempatan berkreasi dan berimajinasi dengan gaya bahasanya sendiri tentang alur kronologis peristiwa sejarah.
Narasi/dialog yang telah mereka buat, selanjutnya dipresentasikan di depan kelas, dengan menggunakan Media Wayang Sejarah. Masing-masing kelompok membagi tugas untuk menjadi karakter di masing masing tokoh sejarah. Dengan pembagian yang khas masing-masing siswa mendalami peran yang telah di berikan. Ketika kelompok mulai mendalang juga di perdengarkan alunan musik musik perjuangan agar suasana heroik dan semangat patriotisme tercipta di ruangan tersebut.
5.  Presentasi Siswa.
6.  Tanya Jawab.
Setelah presentasi maka kelompok lain menanggapi dengan memberikan pernyataaan dan pertanyaan pada kelompok penampil. Sementara itu kelompok penampil memberikan tanggapan. Dalam sesi tanya jawab ini akan terjadi diskusi yang seru karena masing masing kelompok dan individu juga ingin menampilkan performance yang bagus karena ada penilaian keaktifan melalui polling/angket.
7.  Penilaian.
Untuk penilaian hasil belajar dari penggunaan media ini dapat berwujud kognitif, afektif maupun psikomotorik. Penilaian tersebut dalam bentuk ulangan harian, pengamatan, angket dan polling dari siswa untuk menilai keaktifan teman sejawat ketika presentasi.  Dari ke 4 instrumen tersebut dapat dilihat sejauh mana perkembangan hasil belajar siswa dengan menggunakan Media Wayang Sejarah. Dari beberapa hasil ujicoba yang telah dilakukan, media ini juga mampu membangkitkan kreastifitas, minat belajar, kepercayaan diri siswa, karakter nasionalisme serta hasil belajar siswa. Berikut ini salah satu contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di gunakan untuk praktek pembelajaran di sekolah dengan Media Wayang Sejarah. Untuk pengembangannya di sesuaikan dengan sekolah masing masing.

H. Dampak Penggunaan Media
Dampak dari penggunaan media ini sangat luas, baik dampak yang bersifat intern maupun ekstern. Bagi siswa, pembelajaran dengan menggunakan Media Wayang Sejarah ini menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan sehingga membangkitkan minat belajar siswa. Dengan bangkitnya minat belajar siswa, maka memacu peningkatan hasil belajar siswa. Media ini juga berdampak pada semakin mudahnya memahami kronologis peristiwa sejarah. Dengan media ini, juga mampu menumbuhkan semangat nasionalisme, kreatifitas dan komunikasi.
Bagi Guru, dapat memberikan solusi pada guru sejarah dalam upaya mengatasi masalah siswa tentang kurangnya minat belajar sejarah. Bagi Sekolah, dapat memberikan tambahan sarana pembelajaran berupa media pembelajaran sejarah, sehingga memberikan tawaran lebih beragam lagi dalam penggunaan media pembelajaran di sekolah. Bagi MGMP, dapat memberikan inspirasi bagi teman-teman MGMP, ternyata media pembelajaran IPS sejarah mampu dibuat secara kreatif dan menarik oleh guru sendiri.
Tidak hanya sampai di situ, media ini juga mampu menjadi insprasi untuk memunculkan ide ide kratif yang lain, selain Media wayang Sejarah ini. Contoh pada tahun 2008, media ini memenangkan juara pertama Lomba Guru Kreastif se Jawa. Sebagai juara pertama banyak guru yang bertanya tanya tentang pembuatan media ini. Bahkan ada seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang meminta izin untuk membuat media serupa namun dengan tokoh yang ber beda. Mereka membuat tokoh wayang fabel(hewan). Di mana di mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ada penokohan hewan hewan sebagai bahan ceritanya. Dari sinilah Media Wayang Sejarah mampu menginspirasi memunculkan jenis media yang lain dan betr manfaat bagi dunia pendidikan.
Penggunaan Media Wayang Sejarah ini telah mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat nasional. Perjalanan penciptaan dan penyempurnaan media ini sangatlah panjang. Namun secara garis besarnya adalah bahwa media ini pernah menjadi juara pertama Lomba Guru Kreatif se Jawa tahun 2008. Sesuai dengan perkembangan waktu dan penyempurnaan dari media tersebut maka pada tahun 2010 berhasil kembali menjadi juara ke tiga pada ajang Lomba Kreasi dan Inovasi Media Pembelajaran (LKIMB) tingkat Nasional yang diadakan oleh Kemendikbud. Tidak sampai di sini, dengan contoh sebagai “best practice”  atau contoh terbaik, maka media ini juga berhasil menjadi juara pertama Lomba Guru Berani menginspirasi tingkat Nasional di tahun 2016. Selain beberapa kejuaraan tersebut, masih banyak dari media ini di paparkan dalam berbagai forum ilmiah di tingkat Nasional. Misalnya pada tahun 2017 menjadi pemarasaran di ajang Simposium Guru tingkat Nasional. Juga pada tahun 2018 kmaren, juga menjadi pemateri pada kegiatan Konferensi Nasional di Bali (Konasgi). Bahkan dengan penciptaan media ini, dapat bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo pada tahun 2017 pada penghargaan tertinggi guru guru se Indonesia yang telah berprestasi secara terus menerus pada dunia pendidikan.  Berikut dokumentasi yang membanggakan dari dampak penciptaan Media Wayang Sejarah.

I. Kesimpulan
Semakin lunturnya rasa nasionalisme bagi generasi muda saat ini menjadi tantangan terbesar bagi guru sejarah. Guru sejarah sebagai ujung tombak menumbuhkan rasa nasionalisme pada siswa di tuntut untuk lebih kreatif dalam menghadirkan pembelajaran sejarah. Untuk itu bagaimana usaha guru sejarah menghadirkan bagaimana pembelajaran sejarah mampu diminati siswa, sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan tertarik dan menyenangkan.
Melalui media baru yang saya ciptakan, yaitu "Media Wayang Sejarah " ini, maka pembelajaran sejarah mampu menumbuhkan semangat nasionalisme, mampu bekerjasama dan berkomunikasi aktif dan kreatif dalam mengungkap kembali kronologis peristiwa sejarah dengan penuh penghayatan. Dengan memanfaatkan sentuhan seni wayang sejarah, kearifan budaya lokal dan alur kronologis peristiwa sejarah, maka pembelajaran sejarah akan lebih menarik dan menyenangkan "Joyfull learning".
Dari penciptaan Media Wayang Sejarah juga mampu memberikan inspirasi bagi mata pelajaran lain untuk menciptakan media pembelajaran lain yang lebih kreatif dan inovatif. Dengan penciptaan media ini, membuktikan bahwa tidak selamanya pembelajaran sejarah itu membosankan. Dengan daya inovasi yang awalnya sederhana jika di kerjakan dengan sungguh sungguh maka akan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa dan menajdi solusi di dunia pendidikan saat ini.

Daftar pustaka
Ahzar Arsyad. 2002, Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Basuki Wibawa. 2001. Media Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.
Oemar Hamalik. 1989. Media Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito
Burhanudin. 2006. Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Salatiga: Saudara.
Henyat Sutopo.1983. Psikologi Keunikan Intelegensi Manusia, Surakarta: Usaha Nasional.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pembelajaran Mengajar. Bandung : Sinar   Baru Algensindo.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Surya Dharma, 2008. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Winkel WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo

Link video penerapan media lainnya:
1. Media Wayang Sejarah :
2. Lukisan Pasir :
3. Media” lainnya :











 

Kamis, 12 September 2019

BEST PRACTICE : POLA PENDAMPINGAN “POHON ASUH SISTEM BAON” UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG HIJAU DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SMPN 2 PITU KABUPATEN NGAWI


Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2016

Topik: 7. Membangun Integritas di Satuan Pendidikan

JUDUL:
POLA PENDAMPINGAN “POHON ASUH SISTEM BAON” UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG HIJAU DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SMPN 2 PITU KABUPATEN NGAWI





Oleh:


ARIS RIYADI, S.Pd. M.Pd.
Kepala Sekolah di SMPN 2 Pitu Kab. Ngawi Jatim
Tahun 2016
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahun orang tua wali murid berbondong bodong ke sekolah untuk mencari sekolah yang terbaik bagi putra putrinya. Ketika mereka sudah memilih, maka sejuta impian dan harapan mereka percayakan pada sekolah itu. Begitu anaknya sudah masuk, maka segala bentuk tata aturan dan norma di percayakan pada sekolah tersebut. Besar harapan mereka terhadap sekolah yang telah mereka percayai. Tujuannya satu, agar anaknya mampu menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi agama, orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban dari harapan harapan orang tua dan masa depan bangsa, maka sudah selakyaknya satuan pendidikan harus mampu menjawab tantangan tersebut dengan mewujudkan integritas sekolah yang mengedepankan nilai-nilai luhur sekolah berwawasan lingkungan hidup. Integritas dalam hal ini adalah suatu konsep yang menunjuk konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Konsistensi sekolah dalam mengelola sekolah tentang lingkungan hidup perlu di munculkan dengan sikap konsisten mewujudkan sekolah yang rindang, hijau dan berwawasan lingkungan.
Konsep Sekolah menyenangkan ini telah di gagas jauh sebelum negara ini berdiri oleh tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan sekolah Taman Siswa. Konsep sekolah taman siswa adalah berupaya menjadikan sekolah sebagai taman bagi siswa. Taman untuk bermain maupun taman untuk belajar. Jadi menurut Ki Hajar Dewantara, sekolah merupakan tempat untuk belajar, berinteraksi dalam suasana nyaman tenang bagaikan dalam sebuah taman yang indah sejuk dan rindang (Kemdikbud, 2015).
Program penanaman pohon sudah banyak dilakukan oleh sekolah sekolah maupun instansi dengan menanam seribu atau bahkan sejuta  pohon, namun dilapangan mengalami  banyak kendala dan hambatan. Seiring perjalanan waktu, tidak banyak pohon yang mampu bertahan hidup. Penyebabnya banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Internal dari kualitas bibit itu sendiri, teknik penanaman, maupun pemilihan waktu tanam. Sedangkan dari ekternal bisa karena pemeliharaan, kondisi lingkungan dan seterusnya. Ada satu masalah yang paling mencolok dalam program penanaman pohon adalah bagaimana tindak lanjut dalam pemeliharaan pohon tersebut dan siapa yang bertanggugjawab. Pola asuh pohon pasca penanaman menjadi masalah utama dalam program penanaman pohon tersebut. Sistem polah asuh terhadap pohon hampir tidak ada. Tongkat estafet pemeliharaan terputus.
Sistem inilah yang perlu di rubah dengan sistem baru yang berkelanjutan, estafet dan bertanggungjawab terhadap penanaman pohon guna pelestarian lingkungan hidup. Kondisi lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh dalam program penanaman pohon. Untuk itulah di butuhkan sebuah program penanaman pohon yang bersinergi antara sekolah dengan lingkungan sekitar, agar program tersebut dapat berjalan dengan lanjar dan berkelanjutan.
Jika sekolah mempu menjadi paru paru kecil di daerahnya, maka jika SMP saja di seluruh Indonesia terdapat 26.277 ribu sekolah, dapat dibayangkan bahwa di permukaan pulau di Indonesia akan tersebar titik-titik paru-paru yang membentang dari Sabang sampai merauke selain kawasan hutan yang semakin menipis keberadaannya. (kemenkopmk.go.id). Maka sangat penting artinya jika sekolah berusaha terus dalam membangun satuan pendidikan berbasiskan nilai nilai luhur dengan mengedepankan pelestarian lingkungan sekolah yang nyaman sejuk dan rindang. Usaha tersebut dapat dilakukan secara estafet, intensif dan berkesinambungan. Sekolah merupakan tempat untuk belajar dan sekaligus menjadi rumah kedua. Untuk itu sudah selayaknya sekolah di setting menjadi sesuatu yang menarik sehingga peserta didik merasa betah dan senang di sekolah tersebut. Maka pembelajaran di sekolah akan menjadi pembelajaran yang menyenangkan atau  joyfull learning (arisriyadi.blogspot,com).
Maka sekolah yang rindang menjadi solusi untuk menciptakan sekolah menyenangkan. Peserta didik akan menjadi nyaman dan betah dalam mengikuti pembelajaran di sekolahnya. Program “pohon asuh” merupakan konsep yang cocock untuk mewujudkan semua ini. Dengan sistem penanaman pohon yang di asuh secara estafet oleh siswa sendiri, mulai dari pembibitan, penanaman, pemupukan, perawatan/pemeliharaan maka pohon akan tumbuh menjadi pohon yang besar, layaknya anak pohon yang diasuh orang tuanya sendiri. Karena kawasan di sekolah kami adalah dekat kawasan hutan maka Program Pohon Asuh ini di sinergikan dengan sistem “mbaon” yang telah ada di penduduk sekitar sekolah tersebut. Maka program tersebut kami beri nama “Pohon Asuh Sistem Baon”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, kondisi nyata di sekolah dan kondisi ideal yang seharusnya, maka dapat di rumuskan permasalahan yaitu :
  1. Pola pendampingan apa yang sesuai untuk mewujudkan sekolah yang hijau dan berwawasan lingkungan?
  2. Bagaimana langkah langkah pola pendampingan nyata untuk mewujudkan sekolah yang hijau dan berwawasan lingkungan?
  3. Bagaimana dampak dari penerapan pola pendampingan nyata di sekolah untuk mewujudkan sekolah yang hijau dan berwawasan lingkungan?

C. Tujuan
  1. Mengetahui model pola pendampingan yang sesuai untuk mewujudkan sekolah yang hijau dan berwawasan lingkungan.
  2. Mengetahui langkah langkah pola pendampingan nyata untuk mewujudkan sekolah yang hijau dan berwawasan lingkungan,
  3. Mengetahui dampak dari penerapan pola pendampingan nyata di sekolah untuk mewujudkan sekolah yang hijau dan berwawasan lingkungan.

A.     Manfaat
  1. Bagi Guru:
Mengembangkan pembelajaran berbasis Karakter, Kontekstual dan Berwawasan Lingkungan.
  1. Bagi Kepala Sekolah:
Memberikan layanan pendidikan yang lebih bermutu untuk pencapaian kualitas pendidikan nasional.
  1. Bagi Sekolah:
Mewujudkan sekolah yang sejuk, hijau dan berawawasan lingkungan guna menciptakan suasana pembelajaran sekolah yang menyenangkan.
  1. Bagi Lingkungan:
Menciptakan titik titik paru paru di lingkungan sekolah sehingga tercipta suasana lingkungan sekolah yang sejuk dan berwawasan lingkungan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
(berisi teori, kebijakan, pedoman dan/atau praktik yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan masalah)

A.     Sekolah Berwawasan Lingkungan
Konsep Sekolah berwawasan lingkungan
Contoh sitem Taman Siswa Ki Hajar Dewantara
Tujuan Sekolah berwawasan lingkungan
Kaitkan dengan program sekolah anda yg akan dilakukan
B.     Pembelajaran Berbasis Karakter, Kontekstual dan Berwawasan Lingkungan
Konsep pembelajaran berbasis Kararter (PPK)
Konsep pembelajaran berbasis kontekstual
Konsep pembelajaran berbasis lingkungan hidup
Kaitkan dengan program sekolah anda yang akan dilakukan
C.     Sistem Pola Pendampingan Pohon Asuh Sistem Baon
Sistem Pola Pendampingan Pohon Asuh
Sistem Pola Pendampingan Sistem Baon
Kenalkan progam yang anda lakukan sebagai penyelesaian masalah
 
BAB III
METODE
(Berisi tentang prosedur dan perangkat atau instrumen, dan cara pemecahan masalah)

Metode Pelaksanaan:













Text Box: PELAPORAN dan KESIMPU LAN

Text Box: OBSERVASI SEBELUM PROSES
Text Box: PROSES PELAKSANAAN
Text Box: PENGOLA HAN DATA



Text Box: OBSERVASI SETELAH PROSES/
DAMPAK


 
Perangkat/ Instrumen:
(Proses Pembelajaran berwawasan Lingkungan (Hasil Supak,observasi), Daftar Jumlah Penanaman Pohon/Hidup-Mati, Daftar jumlah Orangtua Asuh, Daftar angket pendapat siswa tentang lingkungan nyaman dan sejuk, Daftar Penghargaan&sertifikasi, dst...)


Cara Pemecahan Masalah dengan Pola Pendampingan “Pohon Asuh sistem Mbaon”:















Text Box: PERSIAPAN
Text Box: PERENCANAAN
Text Box: PELAKSANAAN
Text Box: PEMANTAUdan EVALUASI




Text Box: PEMELIHARAAN

Text Box: PELEPASAN, SERTIFIKASI, dan PENGHARGAAN





Text Box: PEMBIBITAN
PENANAMAN



Text Box: PENGOLA HAN TANAH,
PEMUPUKAN,
PENYIANGAN, PELAPORAN





Manusia dan lingkungan hidup merupakan hubungan timbal balik yang tak terpisahkan. Manusia sangat tergantung dari lingkungan yang menjadi sumber daya alam untuk dimanfaatkan. Namun sumber daya alam sangatlah terbatas sehingga manusia perlu memperhatikan kelestarian lingkungan agar fungsi-fungsi lingkungan dapat berjalan sehingga dapat mendukung penghidupan berkelanjutan. Dalam rangka menyadarkan manusia terhadap kelstarian lingkungannya perlu adanya usaha untuk pembinaan arahan dalam upaya menjadikan seseorang mempunyai jiwa mencintai lingkungan.
            Sekolah merupakan salah satu ujung tombak untuk mencapai fungsi membentuk manusia yang peduli lingkungan. Sekolah juga hendaknya mampu menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Sekolah diharapkan mempunyai integritas sekolah yang mengedepankan nilai-nilai luhur sekolah berwawasan lingkungan hidup. Nilai nilai yang tertanam di dalam semua warga sekolah akan kepedulian lingkungan perlu di kembangkan secara bersama dengan komitmen bersama.
Berangkat dari permasalahan lingkungan yang terjadi dan sekolah adalah wadah yang tepat untuk membangun karakter peduli lingkungan dalam diri peserta didik maka sekolah harus mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik dan memberikan motivasi yang positif, dalam diri peserta didik agar kelestarian lingkungan hidup tetap berkelanjutan. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut maka di sekolah kami, SMP Negeri 2 Pitu Kabupaten Ngawi, yang berlokasi di Desa Karanggeneng, Kecamatan Pitu, Kabuapten Ngawi, Jawa Timur (30 km utara kota ngawi, perbatasan dengan Blora, Jawa Tengah), telah melakukan usaha dalam upaya pelestarian lingkungan hidup di sekitar sekolah. Usaha tersebut di kenal dengan nama Program Pohon Asuh dengan sistem “Mbaon.”
Konsep dari Program Pohon Asuh di sekolah ini adalah penanaman pohon oleh seluruh warga sekolah dengan sistem mengasuh pohon mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan sehinga pohon mampu tumbuh menjadi pohon yang besar dan kuat. Penanaman Pohon Asuh ini dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah/sekitar sekolah. Karena sekolah kami berlokasi di tepi kawasan hutan Kecamatan Pitu kabupaten Ngawi, maka Program Pohon Asuh ini kami sinergikan denga sistem “Mbaon” yang telah lama di kenal masyarakat di daerah sekitar sekolah. “Mbaon” berasal dari kata bau yang artinya bahu orang sebagai tumpuan kerja. (wawancara dengan P.Darmun, tokoh masyarakat). Sistem “Mbaon” adalah sistem penggarapan tanah oleh masayarakat sekitar hutan, dengan memanfaatkan lahan kosong di hutan, namun tetap memelihara pohon jati sebagai pohon induk hingga pohon tersebut tumbuh mejadi besar. Jadi masayarakat sekitar biasa menanam jagung, kedelai, ketela dan lain lain di kawasan hutan, dengan memelihara pohon jati yang ada di tanah garapannya. Pohon jati juga menjadi tanggung jawab penggarap jika terjadi mati atau rusak. Hasil panen palawija penggarap menjadi hak penggarap, sedangkan perhutani sebagai pemilik tanah dan pohon jati hanya bertugas memantau kan kelangsungan hidup pohon jati tersebut.
Dari sistem ini sekolah juga menggambil peran, dengan menggarap tanah di sekitar hutan sekaligus warga sekolah mempunyai pohon asuh atas tanaman jati di huatan sekitar sekolah tersebut. Program ini dilakukan secara terencana, terukur dan berkesinambungan. Tujuan dari Program Pohon Asuh ini adalah agar sekolah menjadi tempat belajar yang sejuk dan rindang, sehingga peserta didik dapat belajar di sekolah dengan nyaman dan tenang. Fungsi lain adalah untuk mencegah tanah longsur dan banjir yang sering terjadi di kawasan sekolah kami. Adapun tahapan konsep Program Pohon Asuh tersebut adalah sebagai berikut:
A. Persiapan
Untuk mewujudkan program Pohon Asuh sekolah perlu segera melakukan persiapan yang tepat terencana terintegrasi dan berkesinambungan. Persiapan ini di laksanakan agar mempermudah dan mempercepat dalam perencanaan dan pelaksanaannya sehingga akan mempermudah terwujudnya sekolah yang ideal sesuai perencanaan. Adapun tahap persiapan meliputi
a.    Kepala sekolah, komite sekolah, orang tua/wali murid, siswa, Perhutani dan seluruh komponen warga sekolah berkomitmen untuk mengembangkan sekolah berwawasan lingkungan dengan menuangkan program pohon asuh dalan rencana kegiatan sekolah (RPS).
b.    Kepala sekolah bersama komite sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan serta siswa membentuk tim pengembang Pohon Asuh dan mensosialisasikan pentingnya program Pohon Asuh Sekolah ke semua warga sekolah dan Perhutani.
c.     Tim ini bertugas mengkoordinasikan berbagai upaya pengembangan menuju sekolah yang sejuk dan rindang yang meliputi sosialiasi pentingnya sekolah yang sejuk rindang, menyusun dan melaksanakan rencana serta mamantau proses pengembangan dan evaluasi.
d.    Tim Pengembang Pohon Asuh mengidentifikasi semua potensi, kapasitas, kerentanan dan ancaman sekolah untuk mengembangkan sekolah sejuk dan rindang.

 B. Perencanaan
Tim pengembang Pohon Asuh menyusun rencana aksi tahunan untuk mewujudkan sekolah sejuk dan rindang yang terintegrasi ke dalam kebijakan, program dan kegiatan yang sudah ada seperti KTSP, RKAS dan RKS sebagai komponen penting dalam perencanaan pengembangan sekolah sejuk dan rindang. Dalam program sekolah yang tertuang di KTSP, telah di agendakan jadwal setiap jumat ada jam khusus untuk perawatan Pohon Asuh dengan terpola da terprogram secara berkesinambungan. Dalam RKAS dan RKS ada rencana program dan rencana anggaran untuk mendukung terleksananya program Pohon Asuh sekolah. Dalam perencanaan ada kartu kesepakatan yang harus di taati oleh semua warga sekolah tentang aturan dalam pelaksanaan program Pohon Asuh Sekolah tersebut. Untuk penanaman di kawasan hutan di rencanakan secara bersama dengan pihak Perhutani, tentang lahan lahan yang akan di gunakan. Juga pemantauan secara bersama anatara sekolah  dengan Perhutani. Perjanjian kerja sama juga di lakukan antara sekolah dan Perhutani yang menyangkut pembibitan, pemeliharaan dan hak milik pohon. 



C. Pelaksanaan
Tim pengembang Pohon Asuh melaksanakan rencana aksi tahunan dengan mengoptimalkan semua sumber daya sekolah, masyarakat sekitar dan orang tua wali murid.
1.  Pembibitan
Bibit pohon asuh di peroleh dari Perhutani dan Kecamatan Pitu Kabupaten Ngawi, yang memang setiap tahun memberikan bantuan terhadap sekolah sekolah yang akan menanam pohon di sekitar sekolah tersebut. Untuk pohon yang di tanam di sekolah menjadi hak milik sekolah, sedangkan untuk pohon yang di tanam di hutan menjadi hak milik Perhutani, sedangkan sekolah hanya merawat dan memanfaatkan lahan di sekitar hutan yang di garap sekolah.
Foto Bibit Tanaman yang akan di Tanam
 2.  Penanaman
Sebelum penanaman dilakukan perlu adanya penataan lokasi atau titik titik tempat penanaman pohon dan juga tempat tambal sulam jika kedapatan pohon yang mati. Lokasi meliputi kawasan di dalam lingkungan sekolah maupun kawasan di tengah hutan/di tepi jalan menuju hutan. Adapun gambar penentuan lokasi sebagai berikut:
Denah Lokasi Pohon Asuh
Setelah pemetaan dilakukan maka penanaman di laksanakan dengan serempak. Penanaman perlu di buat lobang tanaman dan tanah kompos agar tanaman mampu berkembang dengan baik. Penanaman juga di ikuti dengan pemberian pengaman berupa bambu guna melindungi tanaman dari gangguan luar misalnya dimakan ternak atau di potong penggembala. Penanaman juga di lakukan di jalan jalan menuju sekolah dan jalan desa. Bahkan karena lokasi sekolah dekat hutan maka warga sekolah juga menanam di dalam hutan milik perhutani dengan mengasuh pohon tersebut. Sistem ini di sebut sistem “Mbaon” di mana warga sekolah mengasuh pohon jati dan memanfaatkan areal sekitar pohon jati untuk bercocok tanam. Misalnya tumpang sari jagung, ketela dan empon empon atau apotik hidup. Hasilnya di manfaatkan untuk sekolah. Setelah penanaman dilakukan, di beri tanda label pada masing masing pohon dengan identitas nama pohon, nama penanam, kelas. Dari identitas tersebut dapat diketahui bahwa siapa pemilik pohon asuh tersebut dan bagaimana perkembangan pohon tersebut merupakan tanggungjawab atau asuhan dari pemilik nama pohon tersebut.
 
D. Pemeliharaan
1. Pengolahan tanah
      Pengolahan tanah yang dimaksud adalah penggemburan lahan disekitar pohon dengan alat cangkul agar tanah senantiasa gembur dan subur.
 2. Pemupukan
      Pemupukan di lakukan secara terjadwal dan berkelanjutan. Pupuk yang di anjurkan adalah pupuk kandang dengan takaran yang proporsional.
3. Penyiangan
      Penyiangan adalah membersihkan gulma atau tumbuhan lain yang mengganggu pohon tersebut. (Gembong Tjitrosopomo, 2014) Yang paling banyak mengganggu adalah rumput. Penyiangan rumput dilakukan secara rutin setiap hari jumat, karena pada setiap hari Jumat diadakan program Jumat bersih.
4. Pelaporan
      Setiap warga sekolah mempunyai pohon yang diasuh secara mandiri. Setiap warga sekolah melaporkan perkembangan pertumbuhan pohon pada tim pengembang Pohon Asuh secara berkala. Tim pengembang Pohon Asuh juga mengevaluasi secara berkala perkembangan pohon tersebut. Jika ada kendala kendala yang terjadi maka tim pengembang akan meberikan solusi. Kendala yang sering terjadi adalah pohon mati atau rusak. Maka perlu adanya penggantian pohon atau perbaikan pohon.

E. Pemantauan dan Evaluasi
Tim pengembang Pohon Asuh melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas rencana gerakan aksi Pohon Asuh sekolah, selanjutnya melakukan pelaporan hasil evaluasi dalam rapat kerja yang dihadiri oleh tim pengembang Pohon Asuh dan warga sekolah.

F. Pelepasan, Sertifikasi dan Penghargaan
Tim pengembang Pohon Asuh memberikan serah terima kepada warga sekolah yang keluar dan masuk secara bersamaan untuk siswa yang masuk dan lulus dan secara individu untuk guru/karyawan serta siswa yang mutasi ke sekolah lain. Setiap warga sekolah akan mendapatkan piagam/sertifik telah mengasuh pohon tersebut sesuai lamanya mereka mengasuh pohon itu. Sertifikat ini di tandatangani oleh kepala sekolah sebagai bukti bahwa mereka telah berkontribusi merawat dan mengasuh pohon di lingkungan sekolah sekaligus sebagai rasa ucapan terimakasih kepada warga sekolah yang telah ikut mendukung pelestarian lingkungan melalui program Pohon Asuh sekolah. Selain sertifikat, di berikan penghargaan pada siswa terbaik yang mengasuh pohonnya. Dalam bentuk bantuan alat-alat perlengkapan bercocok tanam (seperti cetok, cangkul, sabit) untuk melanjutkan upaya pelestarian di lingkungan rumahnya. Dari hasil program Pohon Asuh Sekolah ini pula, SMP Negeri 2 Pitu mendapatkan penghargaan menjadi juara 2 Pohon Asuh Tingkat Kabupaten Ngawi. Dari penghargaan ini semakin memotivasi warga sekolah untuk meningkatkan program ini dari tahun sebelumnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
(Penyajian dan analisis data yang mencakup keadaan awal, proses, dan hasil akhir yang diperoleh dari hasil pelaksanaan serta dampaknya bagi komunitas sekolah)

A. Hasil
Menyajikan data yang mencakup keadaan awal, proses, dan hasil akhir yang diperoleh dari hasil pelaksanaan program “Pohon Asuh Sistem Baon”














Text Box: PELAPORAN dan KESIMPU LAN

Text Box: OBSERVASI SEBELUM PROSES
Text Box: PROSES PELAKSANAAN
Text Box: PENGOLA HAN DATA



Text Box: OBSERVASI SETELAH PROSES/
DAMPAK


 
Dinarasikan dengan intrumen yang diamati: ...........................
1.    Hasil Pelaksanaan Pembelajaran berwawasan lingkungan :
2.    Suasana Sekolah yang Sejuk, Rindang dan nyaman untuk belajar :
3.    Pohon Asuh yang berhasil hidup :
4.    Keberlanjutan Orangtua Asuh :
5.    Penghargaan, Sertifikasi :
  B. Pembahasan
Menyajikan analisis data diatas bisa dengan tabel/grafik/samarart dst yang mencakup dampak dari program “Pohon Asuh Sistem Mbaon”
 
Contoh:
No
UNSUR YANG DIAMATI
KONDISI SEBELUM
PENERAPAN POLA PENDAMPINGAN POHON ASUH SITEM MBAON
KONDISI
SETELAH
TARGET
KESIMPULAN
1




2






3



4


5
Pelaksanaan Pembelajaran berwawasan lingkungan

Suasana Sekolah yang Sejuk, Rindang dan nyaman untuk belajar

Pohon Asuh yang berhasil hidup

Orangtua Asuh

Penghargaan, Sertifikasi, Dst....
50% Guru melaksanakan pembelajaran berwawasan lingkungan
60% Siswa menyatakan sekolah sejuk, rindangdan nyaman untuk belajar

20% Jumlah pohon Asuh yang berhasil hidup
20% Jumlah Orangtua Asuh
90% Guru melaksanakan pembelajaran berwawasan lingkungan
60% Siswa menyatakan sekolah sejuk, rindangdan nyaman untuk belajar

80% Jumlah pohon Asuh yang berhasil hidup
80% Jumlah Orangtua Asuh

 75%




75%






75%



75%
Ter
capai



 Ter
Capai





Ter
Capai


Ter
Capai

  
Gerakan penanaman pohon saat ini sedang gencar gencarnya dilakukan. Hal ini mengingat semakin sempitnya ruang hijau tanaman yang tergesar oleh perluasan bangunan dan kawasan perindustrian. Sekolah sebagai tempat belajar perlu mengambil bagian akan pentingnya kawasan hijau berwawasan lingkungan. SMP Negeri 2 Pitu, Kabupaten Ngawi Jawa Timur telah melaksanakan Program Pohon Asuh dengan sistem “mbaon”. Program ini sebagai bentuk integritas sekolah dalam memperhatikan sekaligus mengupayakan kawasan sejuk dan rindang di sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Prinsip dari Program Pohon Asuh ini adalah penanaman pohon oleh seluruh warga sekolah dengan sistem mengasuh pohon mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan sehinga pohon mampu tumbuh menjadi pohon yang besar dan kuat. Penanaman Pohon Asuh ini dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah/ di kawasan hutan dekat sekolah. Sedangkan sistem “Mbaon” adalah sistem penggarapan tanah oleh warga sekolah, dengan memanfaatkan lahan kosong di hutan, namun tetap memelihara pohon jati sebagai pohon induk hingga pohon tersebut tumbuh mejadi besar. Tujuan dari gerakan pohon asuh ini adalah untuk mewujudkan sekolah yang sejuk dan rindang. Dengan suasana sekolah yang sejuk dan rindang di harapkan sekolah akan menjadi tempat yang nyaman untuk pembelajaran. Program Pohon Asuh ini juga bermanfaat unt mencegah tanah longsor dan banjir.
Dari hasil analisis yang telah di lakukan di SMPN 2 Pitu, program Pola Pendampingan Pohon Asuh sistem Mbaon sangat efektif dalam mewujudkan sekolah yang hijau dan berwawasan lingkungan. Hal ini terbukti dari....
Narasikan setiap intrumen yang di observasi dari kondisi sebelum dan kondisi sesudah selanjutnya disimpulkan:
Kondisi Sebelumnya:
1.    Hasil Pelaksanaan Pembelajaran berwawasan lingkungan :
2.    Suasana Sekolah yang Sejuk, Rindang dan nyaman untuk belajar :
3.    Pohon Asuh yang berhasil hidup :
4.    Keberlanjutan Orangtua Asuh :
5.    Penghargaan, Sertifikasi :

Kondisi Sesudahnya:
1.    Hasil Pelaksanaan Pembelajaran berwawasan lingkungan :
2.    Suasana Sekolah yang Sejuk, Rindang dan nyaman untuk belajar :
3.    Pohon Asuh yang berhasil hidup :
4.    Keberlanjutan Orangtua Asuh :
5.    Penghargaan, Sertifikasi :

Kesimpulan:

Dari data diatas maka dapat di simpulkan bahwa Dari hasil analisis yang telah di lakukan di SMPN 2 Pitu, program Pola Pendampingan Pohon Asuh sistem Mbaon sangat efektif dalam mewujudkan sekolah yang hijau dan berwawasan lingkungan.



Dengan adanya program Pohon Asuh sekolah ini jika bisa dilaksanakan oleh semua sekolah di seluruh Indonesia maka harapan kedepan akan muncul paru paru kecil di setiap desa atau kecamatan masing-amasing yang mampu berkontribusi kerindangan di lingkungannya baik di perkotaan maupun di pedesaan. Jika ini berjalan bukan tidak mungkin sekolah sekolah di Indonesia memberi warna hijau di pulau-pulau mulai dari Sabang samapai Merauke, selain kawasan hutan Indonesia.




BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

  1. Kesimpulan
1.    Gerakan penanaman pohon saat ini sedang gencar gencarnya dilakukan. Namun pada pelaksanaannya program tersebut gagal di tengah jalan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, SMP Negeri 2 Pitu telah memilih pola pendampingan yang fektif dalam upaya menciptakan sekolah yang hijau dan berwawasan lingkungan dengan nama “Pohon Asuh Sistem Mbaon”. Program ini sebagai bentuk integritas sekolah dalam memperhatikan sekaligus mengupayakan kawasan sejuk dan rindang di sekolah dan lingkungan sekitarnya.
2.    Langkah langkah dari Program Pohon Asuh sitem Mbaon ini adalah penanaman pohon oleh seluruh warga sekolah dengan sistem mengasuh pohon mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan sehinga pohon mampu tumbuh menjadi pohon yang besar dan kuat. Penanaman Pohon Asuh ini dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah/ di kawasan hutan dekat sekolah. Sedangkan sistem “Mbaon” adalah sistem penggarapan tanah oleh warga sekolah, dengan memanfaatkan lahan kosong di hutan, namun tetap memelihara pohon jati sebagai pohon induk hingga pohon tersebut tumbuh mejadi besar. Tujuan dari gerakan pohon asuh ini adalah untuk mewujudkan sekolah yang sejuk dan rindang. Dengan suasana sekolah yang sejuk dan rindang di harapkan sekolah akan menjadi tempat yang nyaman untuk pembelajaran. Program Pohon Asuh ini juga bermanfaat unt mencegah tanah longsor dan banjir.
3.    Dampak dari program ini adalah terciptanya pelayanan pendidikan yang bermutu untuk pencapaian kualitas pendidikan, terwujudnya pembelajaran berbasis Karakter, Literasi, Kontekstual dan berwawasan Lingkungan, terwujudnya sekolah yang sejuk, hijau dan berawawasan lingkungan guna menciptakan suasana pembelajaran sekolah yang menyenangkan di SMPN 2 Pitu.
 
  1. Rekomendasi
  1. Pada saat penentuan KD/IPK yang dapat diintegrasikan pada pembelajaran berwawasan lingkungan maka dapat dilakukan analisis KD/IPK melalui workshop MGMPS dan MGMP Kabupaten.
  2. Program ini perlu di imbaskan dengan sekolah lain di lintas jenjang (PAUD/TK,SD/MI, SMA/SMK/MA) di lingkungan sekitarnya dalam bentuk worksopa atau kegiatan lainnya dalam upaya menciptakan titik titik paru paru lingkungan sehingga berkontribusi peniuh pada penghijauan alam sekitarnya.
  3. Harapan dari program Pohon Asuh ini jika bisa dilaksanakan oleh semua sekolah di seluruh Indonesia maka kedepan akan muncul paru paru kecil di setiap desa atau kecamatan masing-masing yang mampu berkontribusi kerindangan di lingkungannya baik di perkotaan maupun di pedesaan. Jika ini berjalan bukan tidak mungkin sekolah sekolah di Indonesia memberi warna hijau di pulau-pulau mulai dari Sabang samapai Merauke, selain kawasan hutan Indonesia.

 DAFTAR PUSTAKA
Kemdikbud. 2015, Pedoman Gerakan Sekolah Sehat, Aman, Ramah Anak dan Menyenagkan, Jakarta: Kementrian Pendidkan dan Kebudayaan.
http://www.kemenkopmk.go.id. diakses tanggal 17 November 2016
Tjitrosoepomo, Gembong. 2014, Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Yuono, Triwibowo. 2014, Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Darmun, 2016. Wawancara dengan tokoh masyarakat Desa Karanggeneng, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.